Tidak semua dari Tim kita membutuhkan pengembangan diri berupa training, bisa saja dengan pilihan pengembangan lainnya. Terutama untuk mereka yang high potential atau si superstar. Karyawan yang kemampuannya sudah tinggi. Mereka membutuhkan tantangan penugasan baru, cara terbaik adalah bukan mengirimkan mereka untuk ikut training atau bahkan membiarkan, namun ada opsi terbaik yaitu dengan pendekatan coaching agar semakin meningkatkan performa mereka.
Prinsip coaching adalah fokus pada pengembangan potensi diri untuk memaksimalkan pengetahuan, kecakapan, dan kekuatan yang sudah disadari. Proses membangkitkan kesadaran diawali dari pengenalan pola perilaku, termasuk kebiasaan, kelemahan, dan hambatan mental yang dimiliki.
Tidak seperti training yang cenderung bersifat jangka pendek, coaching membutuhkan waktu melalui serangkaian pertemuan yang berkesinambungan. Di setiap pertemuan coach dan coachee melakukan review terhadap hasil yang telah dicapai. Peran coach disini sebagai mitra yang memberikan feedback dari pengamatan yang sifatnya non-judgmental. Pada akhirnya, si coachee belajar mengenali dirinya dan tumbuh menjadi individu yang lebih dewasa dari kesuksesan dan kegagalan yang ia alami.
Maka, coaching di tempat kerja terfokus pada pengembangkan keahlian dari setiap anggota tim melalui penetapan goal dan target, monitoring performa staf dan menyediakan feedback untuk setiap tugas yang dilakukan. Kini, semakin banyak perusahaan yang bisa melihat manfaat dari coaching, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi karyawannya.
Cara ini juga akan membuat para manajer perusahaan mendapat kesempatan untuk mengembangkan keahlian coachingnya dan mengoptimalkan kemampuan tim untuk jangka waktu panjang. Lalu apa yang bisa dilakukan seorang manajer yang memiliki wawasan coaching di dalam perusahaan? Anda bisa memperhatikan antara seorang manajer yang memberi perintah saja dengan manajer yang meluangkan waktu untuk bekerja bersama anggota timnya secara professional. Komitmen untuk coaching yang menjadi kunci pembeda antara kedua tipe manajer tadi.
Manajer yang sukses tahu bagaimana cara menawarkan dukungan dan memberi semangat bagi anggota tim dan membantu mereka memaksimalkan potensi diri agar bisa menempati posisi yang diinginkan dalam karirnya. Memiliki manajer dengan wawasan coaching juga akan membantu anggota tim terus fokus dan termotivasi pada goal.
• Why Coaching Skill for Manager?
• Apa itu Coaching?
• Kompetensi Coaching
• Demo Coaching
• Memahami Coachee
• Memahami Profil Tim
• Business Owner
• Manager
• Supervisor
Apa itu Coaching? Bisa jadi kita ingin tahu, darimana istilah coaching itu berasal? Beberapa dari kita pasti sudah melakukan pencarian di internet. Bila ditelisik kita akan menemukan satu sejarah yang mendekati arti dari coaching. “Coaching” memiliki kata dasar “coach”, istilah ini, ternyata berasal dari nama sebuah desa kecil di Negara Hungaria, “Kocs”. Di masa lampau desa ini terkenal akan produksi gerobak atau kereta kuda yang digunakan untuk mengangkut manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari istilah “Kocs” itulah, kami beranggapan bahwa gerobak atau kereta kuda merupakan metafora dari proses coaching, yaitu membawa seseorang dari satu kondisi sekarang ke kondisi yang diinginkan.
Sedangkan di sebuah buku terbitan tahun 1974, seorang pendidik Harvard dan juga pemain tenis Timothy Gallwey dalam bukunya The Inner Game of Tennis membedakan terminologi antara instruktur dan coach. Pada umumnya seorang instruktur tenis akan fokus pada pengajaran yang sifatnya keterampilan. Mulai dari teknik dasar memukul hingga cara menjaga stamina fisik. Sementara seorang coach tenis akan banyak memperhatikan aspek strategi, pengembangan permainan dan terutama hal-hal yang sifatnya mental dari si pemain.
Di buku tersebut ia menerangkan bahwa “lawan di pikiran sendiri jauh lebih berat dibanding lawan yang ada di seberang net”. Ia tidak bermaksud mendiskreditkan instruktur tenis, namun menyarankan agar mereka melakukan pendekatan berbeda sehingga hasilnya jauh lebih efektif. Selanjutnya ia menjelaskan metodologi dasar coaching, yaitu: membangkitkan potensi untuk memaksimalkan prestasi. Prestasi disini bisa diartikan secara umum sebagai kinerja atau pencapaian.
Ia menyatakan bahwa coaching membantu Anda untuk belajar dibandingkan diajari. Ia meyakini setiap orang punya kemampuan belajar. Yang diperlukan adalah orang yang bisa menjadi mitra Anda berpikir dan menyadari semua potensi yang Anda miliki.
Pernahkah Anda ingat bagaimana dulu belajar menggambar? Apakah guru yang mengajari? Kita semua punya kemampuan alamiah untuk belajar yang justru seringkali pudar karena kita terbiasa menerima instruksi.
Organisasi coaching dunia yang bernama ICF (International Coach Federation) memperjelas prinsip dan metodologi coaching yang kita anut sekarang. Melalui riset yang teliti dan pengkajian yang ketat, organisasi non-profit yang didirikan tahun 1995 ini membuat standar global yang mengatur etika dan kompetensi coaching yang diperlukan oleh seorang coach.
ICF sendiri mendefinisikan coaching sebagai: “Hubungan kemitraan dengan individu melalui proses kreatif untuk memaksimalkan potensi personal dan profesionalnya.”
Dari definisi tersebut kita bisa tarik beberapa prinsip penting antara lain:
Proses membangkitkan kesadaran diawali dari pengenalan pola perilaku, termasuk kebiasaan, kelemahan, dan hambatan mental yang dimiliki. Tidak seperti training yang cenderung bersifat jangka pendek, coaching membutuhkan waktu melalui serangkaian pertemuan yang berkesinambungan. Di setiap pertemuan coach dan coachee melakukan review terhadap hasil yang telah dicapai.
Perbaikan dan pemecahan masalah dilakukan untuk mengatasi tantangan yang ada. Coach bertanya, mengeksplor dan bertukar pikiran dengan coachee untuk memunculkan ide perubahan. Seringkali coach mengizinkan coachee untuk bereksperimen dengan tindakannya. Coachee mungkin saja berbuat salah, namun ia mendapatkan pembelajaran dan selanjutnya membuat tindakan berbeda untuk hasil yang lebih baik.
Peran coach disini sebagai mitra yang memberikan feedback dari pengamatan yang sifatnya non-judgmental. Pada akhirnya, si coachee belajar mengenali dirinya dan tumbuh menjadi individu yang lebih dewasa dari kesuksesan dan kegagalan yang ia alami. Dari deskripsi di atas, pada dasarnya dalam proses coaching terjadi suatu percakapan yang benar-benar berfokus pada kebutuhan coachee, yang memberdayakan mereka dan juga menemukan cara bagaimana mereka bisa mencapai apa yang mereka ingin dapatkan.
People Organization Development Specialist, Professional Coach & Master Trainer.
Not a member? Create an account
Already got an account? Sign in here